MAKALAH
EKOSISTEM PADANG
LAMUN
Disusun sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi mata kuliah ekologi lingkungan yang diampu
oleh Dra. Yuli Pratiwi, M.SI.
DISUSUN OLEH
FANDRIA REXA
BUANA (161111040)
TEKNIK LINGKUNGAN
2016
INSTITUT SAINS
dan TEKNOLOGI AKPRIND
BAB 1
PENDAHULUAN
Indonesia yang memiliki panjang garis
pantai 81.000 km, mempunyai padang lamun yang luas bahkan terluas di daerah
tropika. Luas padang lamun yang terdapat di perairan Indonesia mencapai sekitar
30.000 km2 (Kiswara dan Winardi, 1994). Jika dilihat dari pola zonasi lamun
secara horisontal, maka dapat dikatakan ekosistem lamun terletak di antara dua
ekosistem bahari penting yaitu ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang
(pada gambar dibawah). Dengan letak yang berdekatan dengan dua ekosistem pantai
tropik tersebut, ekosistem lamun tidak terisolasi atau berdiri sendiri tetapi
berinteraksi dengan kedua ekosistem tersebut
oleh
karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut Indonesia
kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna. Demikian luas serta
keragaman jasad– jasad hidup di dalam yang kesemuanya
membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling berkesinambungan(Bengen,2001).
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g arbon/m2/hari.
Pada tahun belakangan ini, perhatian terhadap biota laut semakin meningkat dengan munculnya kesadaran dan minat setiap lapisan masyarakat akan pentingnya lautan. Laut sebagai penyedia sumber daya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral, dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Karena itu wilayah pesisir dan lautan merupakan tumpuan harapan manusia dalam pemenuhan kebutuhan di masa datang. Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
Ekosistem lamun merupakan salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat dimanfaatkan adalah lamun, dimana secara ekologis lamun mempunyai bebrapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme. Biomassa padang lamun secara kasar berjumlah 700 g bahan kering/m2, sedangkan produktifitasnya adalah 700 g arbon/m2/hari.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Padang Lamun
Padang lamun (Seagrass
bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area
pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan
padat atau jarang. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar
laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya.
Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang
baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat hara dan
oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun.
Atau, padang lamun adalah ekosistem pesisir yang
ditumbuhi oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan. Lamun (seagrass)
adalah kelompok tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping
tunggal (Monokotil) yang mampu hidup secara permanen di bawah permukaan
air laut (Sheppard et al., 1996). Komunitas lamun berada di antara batas
terendah daerah pasangsurut sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari
masih dapat mencapai dasar laut (Sitania, 1998).
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi
produktifitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Pada
ekosistem, ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska
( Pinna sp, Lambis sp, Strombus sp), Ekinodermata ( Holothuria sp, Synapta sp,
Diadema sp, Arcbaster sp, Linckia sp) dan cacing ( Polichaeta) (Bengen, 2001).
Secara ekologis padang lamun
memiliki peranan penting bagi ekosistem. Lamun merupakan sumber pakan bagi
invertebrata, tempat tinggal bagi biota perairan dan melindungi mereka dari
serangan predator. Lamun juga menyokong rantai makanan dan penting dalam proses
siklus nutrien serta sebagai pelindung pantai dari ancaman erosi ataupun abrasi
(Romimohtarto dan Juwana, 1999).
Ekosistem Padang Lamun memiliki
diversitas dan densitas fauna yang tinggi dikarenakan karena gerakan daun lamun
dapat merangkap larva invertebrata dan makanan tersuspensi pada kolom air.
Alasan lain karena batang lamun dapat menghalangi pemangsaan fauna bentos
sehingga kerapatan dan keanekaragaman fauna bentos tinggi.
Daerah Padang Lamun dengan
kepadatan tinggi akan dijumpai fauna bentos yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan daerah yang tidak ada tumbuhan lamunnya. Menurut Romimohtarto dan Juwana
(1999) ekosistem lamun memiliki kerapatan fauna keanekaragaman sebesar 52 kali
untuk epifauna dan sebesar 3 kali untuk infauna dibandingkan pada daerah
hamparan tanpa tanaman lamun.
B.
Ciri-ciri
Padang Lamun
Ekosistem
padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus dan berbeda dengan
ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ciri-ciri ekologis padang lamun antara lain
adalah :
1.
Terdapat di
perairan pantai yang landai, di dataran lumpur/pasir
2.
Pada batas
terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang
3.
Mampu hidup
sampai kedalaman 30 meter, di perairan tenang dan terlindung 4.
Sangat
tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan.
5.
Mampu
melakukan proses metabolisme secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam
air termasuk daur generatif
6.
Mampu hidup
di media air asin
7.
Mempunyai
sistem perakaran yang berkembang baik.
C.
Habitat dan
Sebaran Padang Lamun
Umum dijumpai di daerah intertidal
di dekat mangrove, dan merupakan makanan duyung Enhalus acoroides Tumbuh pada
substrat berlumpur dan perairan keruh, dapat membentuk padang lamun spesies
tunggal, atau mendominasi komunitas padang lamun Halodule pinifolia
Pertumbuhannya cepat, merupakan spesies pionir, umum dijumpai di substrat
berlumpur
Tanaman lamun bisa hidup normal
dalam keadaan terbenam, dan mempunyai sistem perakaran jangkar (rhizoma) yang
berkembang baik. Mengingat pada dasarnya tak berbeda dengan tanaman darat, maka
lamun punya keunikan yaitu memiliki bunga dan buah yang kemudian berkembang
menjadi benih. Semuanya dilakukan dalam keadaan terbenam di perairan laut. Hal
inilah yang menjadi perbedaan nyata lamun dengan tumbuhan yang hidup terbenam
di laut lainnya seperti makro-alga atau rumput laut (seaweed).
Lamun tumbuh subur terutama di
daerah terbuka pasang surut dan perairan pantai yang dasarnya bisa berupa
lumpur, pasir, kerikil, dan patahan karang mati, Pendukung lain adalah
kecerahan perairan yang tinggi, suhu yang stabil, dengan kedalaman sekitar 1–
10 meter. Malah di perairan yang sangat jernih, beberapa jenis lamun ditemukan
tumbuh di kedalaman 8 hingga 15 meter.
Hampir semua tipe substrat dapat
ditumbuhi lamun, mulai dari substrat berlumpur sampai berbatu. Namun padang
lamun yang luas lebih sering ditemukan di substrat lumpur-berpasir yang tebal
antara hutan rawa mangrove dan terumbu karang. Sedangkan sistem (organisasi)
ekologi padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik disebut
Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun adalah
perairan dangkal agak berpasir dan sering juga dijumpai di terumbu karang.
Sebaran Jenis Lamun
Tumbuhan lamun merupakan tumbuhan
laut yang mempunyai sebaran cukup luas mulai dari benua Artik sampai kebenua
Afrika dan Selandia Baru. Jumlah jenis tumbuhan ini mencapai 58 jenis di
seluruh dunk (Kuo dan Me. Comb1989) dengan konsentrasi utama didapatkan di
wilayah Indo-Pasifik. Dari jumlah tersebut 16 jenis dari 7 margadiantaranya
ditemukan di perairan Asia Tenggara, dimana jumlah jenis terbesar ditemukan di
perairan Filipina (16 jenis) atau semua jenis yang ada di perairan Asia
Tenggara ditemukan juga di Filipina.
Terdapat dua
hipotesis yang saling bertolak belakang yang digunakan untuk menjelaskan
penyebaran lamun adalah :
a.
Hipotesis vikarians
Dikemukakan oleh McCoy dan Heck
(1976),berdasarkan lempeng tektonik, perubahan iklim, dan juga pertimbangan
ekologi seperti kepunahan dan hubungan spesies-habitat. Berdasarkan penyebaran
terumbu karang (sklerektinia), lamun, dan mangrove, McCoy dan Heck ( 1976)
menyimpulkan bahwa : pola biogeography lebih baik dijelaskan oleh keberadaan
penyebaran biota secara luas pada waktu sebelumnya yang telah mengalami
perubahan akibat kejadian tektonik, speciation, dan kepunahan, bersama dengan
geologi modern dan teori biogeografi.
b.
hipotesis pusat asal usul
Berpendapat bahwa pola distribusi
lamun dapat dijelaskan dari penyebarannya yang merupakan radiasi yang berasal
dari lokasi yang memiliki keanekaragaman yang paling tinggi yang disebut pusat
asal usul (den Hartog, 1970).
Hipotesis ini berpendapat bahwa &
ldquo;Malinesia” (termasuk kepulauan Indonesia, Kalimantan-Malaysia,
Papua Nugini, dan Utara Australia) merupakan pusat asal usul penyebaran lamun.Mukai
(1993) menunjukkan bahwa pola penyebaran modern dari lamun di barat Pasifik
merupakan fungsi dari arus laut dan jarak dari pusat asal usul (Malesia).
Datanya menjelaskan bahwa jika
mengikuti arus laut utama yang berasal dari
pusat asal usul (Malesia) dengan
keanekaragaman lamun tinggi, maka akan terjadi penurunan keanekaragaman lamun
secara progresif kearah tepi (Jepang, Selatan Quensland, Fiji) yang memiliki
lebih sedikit jenis lamun tropis.
Yang perlu dicermati bahwa
distribusi lamun sepanjang utara-mengalirnya Kuroshio dan selatan-aliran timur
arus Australia juga merefleksikan gradient lintang.
Di Indonesia
ditemukan jumlah jenis lamun yang relatif lebih rendah dibandingkan Filipina,
yaitu sebanyak 12 jenis dari 7 marga. Namun demikian terdapat dua jenis lamun
yang diduga ada di Indonesia namun belum dilaporkan yaitu Halophila beccarii
dan Ruppia maritime* (Kiswara 1997).
D. Faktor yang mempengaruhi padang lamun
Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi
dan kestabilan ekosistem padang lamun adalah :
·
Kecerahan
Penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan sangat
mempengaruhi proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan lamun. Lamun
membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk proses fotosintesa tersebut
dan jika suatu perairan mendapat pengaruh akibat aktivitas pembangunan
sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang akhirnya mempengaruhi
turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis. Kondisi ini
secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun.
·
Temperatur
Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di
daerah bersuhu dingin dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun
memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak
selamanya benar jika kita hanya memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis
karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal hanya pada temperatur 28-300C. Hal
ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan menurun jika
temperatur berada di luar kisaran tersebut.
·
Salinitas
Kisaran salinitas yang dapat ditolerir lamun adalah 10-40‰ dan
nilai optimumnya adalah 35‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan
lamun untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas
bervariasi juga terhadap jenis dan umur. Lamun yang tua dapat
mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh
terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih.
Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas.
·
Substrat
Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari
lumpur sampai karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang
lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam
stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan
tempat pengolahan dan pemasok nutrien.
·
Kecepatan
arus
Produktivitas padang lamun dipengaruhi oleh kecepatan arus.
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem di laut dangkal yang paling produktif. Di samping itu juga ekosistem
lamun mempunyai peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan
jasad hidup di laut dangkal, sebagai berikut :
1.
Sebagai
produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer tertinggi bila
dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem
terumbu karang (Thayer et al. 1975).
2. Sebagai
habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel
berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun
(seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan
makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes)
(Kikuchi & Peres, 1977).
3. Sebagai
penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan
oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping
itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedmen, sehingga dapat
menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun disini
berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi (Gingsuburg
& Lowestan, 1958).
4. Sebagai
pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat
hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-zat hara
yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Sedangkan
menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem bahari yang produktif, ekosistem lamun pada perairan dangkal
berfungsi sebagai :
1.
Menstabilkan
dan menahan sedimen–sedimen yang dibawa melalui tekanan tekanan dari arus dan
gelombang.
2.
Daun-daun
memperlambat dan mengurangi arus dan gelombang serta mengembangkan sedimentasi.
3. Memberikan
perlindungan terhadap hewan–hewan muda dan dewasa yang berkunjung ke padang
lamun.
4. Daun–daun
sangat membantu organisme-organisme epifit.
5. Mempunyai
produktifitas dan pertumbuhan yang tinggi.
6. Menfiksasi
karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
Selain
itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah
pesisir, yaitu :
1.
Produsen detritus dan zat hara.
2. Mengikat
sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan system perakaran yang
padat dan saling menyilang.
3. Sebagai
tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis
biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.
4. Sebagai
tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari
5.
Dampak yang ditimbulkan
kegiatan yang menyebabkan hilang?rusaknya ekosistem padang lamun
·
Dampak sekunder pada perairan dengan
meningkatnya kekeruhan air, dan terlapisnya insan hewan air.
·
Terjadinya akumulasi logam berat padang
lamun melalui proses biological magnification
·
Penurunan kandungan oksigen terlarut
·
Dapat tmerjadi eutrofikasi yang engakibatkan
blooming perifiton yang menempel di daun lamun, dan juga
meningkatkan kekeruhan yang dapat menghalangi cahaya matahari
·
Pencemaran pestisida dapat mematikan hewan
yang berasosiasi dengan padang lamun
·
Pencemar pupuk dapat mengakibatkan eutrofikasi.
·
Lapisan minyak pada daun lamun dapat
menghalangi proses fotosintesis
Pengelolaan dan Pelestarian padang lamun
Saat ini kondisi ekosistem padang lamun di
perarain pesisir Indonesia sekitar 30-40%. Di pesisir pulau Jawa kondisi
ekosistem padang lamun telah mengalami gangguan yang cukup serius
akibat pembuangan limbah indusri dan pertumbuhan penduduk dan
diperkirakan sebanyak 60% lamun telah mengalami kerusakan. Di pesisir pulau
Bali dan pulau Lombok ganguan bersumber dari penggunaan potassium sianida dan
telah berdampak pada penurunan nilai dan kerapatan sepsiens lamun (Fortes,
1989). Meskipun beberapa areal ekosistem pesisir termasuk areal padang lamun di
Indonesia telah dimasukan ke dalam suatu kawasan lindung, namun pada kenyataan
di lapangan menunjukkan banyak diantaranya yang masih mendapat tekanan yang
cukup berarti. Sebagai upaya pemecahan, kini pihak pemerintah dalam hal ini
Departemen Kelautan dan Perikanan bekerja sama dengan perguruan tinggi dan
instansi terkait lainnya berusaha mengembangkan pendekatan terpadu yang
melibatkan berbagai pihak, yaitu Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu
atau Integrated Coastal Management (ICM).
Bab III
Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa ekosistem padang lamun adalah ekosistem dimana terdapat
banyak jenis biota dan cenderung seperti antara ekosistem mangrove dan terumbu
karang. Padang lamun memiliki peranan yang cukup penting dalam kehidupan, namun
keadaan padang lamun di indonesia pada saat ini mengalami kerusakan di
karenakan kegiatan seperti pengerukan pasir dan lain-lain. Pemerintah berusaha
menanggulanginya dengan berbagai macam program. Padang lamun sendiri di
indonesia terdapat 12 jenis dan lebih rendah di bandingkan filipina yang terdapat
16 jenis.
Padang lamun
memiliki peran yang sangat penting sehingga mari kita sukseskan kegiatan
pemerintah dalam menjaga kelestarian padang lamun dan melakukan hal-hal yang
dapat mengurangi kerusakan pada padang lamun.
Daftar Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar